Rabu, 30 September 2015

Pendidikan Agama Islam Sebagai Solusi Berbagai Permasalahan di Indonesia



Indonesia dengan jutaan penduduk muslimnya menjadikan negara ini layak disebut sebagai salah satu negara muslim terbesar di dunia. Namun banyak sekali permasalahan yang timbul di negara ini. Bahkan tidak sedikit yang berkaitan dengan moral dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan koridor agama dan peraturan. Betapa menyedihkan ketika kita menyadarinya. Dan menurut saya, solusinya adalah Pendidikan Agama Islam yang berbasis nilai-nilai keindonesiaan.
Pendidikan menjadi sebuah kunci peradaban. Peradaban akan baik ketika pendidikannya berkualitas. Selain itu, agama Islam yang merupakan satu-satunya agama yang diridai Allah juga merupakan solusi bagi berbagai permasalahan yang muncul di Indonesia. Karena Allah telah menjamin dalam kitab suci Alquran yang berbunyi sebagai berikut:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96)
Kita juga tidak mungkin bisa melupakan peran pendahulu kita, kakek dan nenek moyang kita yang telah berjuang mati-matian membela dan merumuskan dasar negara Indonesia. Tentu saja mereka tidaklah merumuskan hal itu secara sembarangan. Merekalah para manusia biasa yang telah diilhami dengan kebijaksanaan, keberanian dan optimisme. Sehingga terbentuklah nilai-nilai Indonesia, terutama Pancasila sebagai dasar negara kita dan menjadikan Indonesia merdeka yang hingga kini telah berumur tujuh puluh tahun.
Jika kita telusuri, ternyata Pancasila dari sila pertama hingga sila kelima, semuanya sejalan dengan nilai-nilai Islam. Mari kita telusuri, pada sila pertama tertulis “Ketuhanan yang Maha Esa.” Sila ini menjelaskan bahwa Indonesia menganut Monoteisme (Tauhid). Dan kita tahu bahwa hakikat dakwah para Rasul semenjak zaman nabi Adam as. hingga nabi Muhammad saw. adalah Tauhid, yaitu mengesakan Allah. Disinilah terdapat nilai akidah sebagai fondasi keimanan seseorang. Maka jika ingin Indonesia bangkit dari keterpurukan, mulailah dengan penanaman akidah yang kuat dan bersih (Salimul Aqidah).
Selain nilai akidah, pada sila pertama juga terdapat nilai ibadah. Allah telah berfirman bahwa salat mampu mencegah perbuatan yang keji dan mungkar. Puasa mampu menundukkan hawa nafsu. Zakat mampu menyucikan jiwa dan harta kita. Dan haji mampu memurnikan ketaatan kita kepada Allah Yang Maha Esa, tunduk dan patuh hanya kepada Allah. Maka jika Indonesia ingin menghilangkan kriminalisme, maka perbaikilah ibadah kita. Ibadah pun juga harus mengikuti tuntunan Rasul saw. dan juga ikhlas hanya untuk Allah (Shahihul Ibadah).
Pada sila kedua berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Sebagai seorang khalifah di muka bumi, Allah telah memerintahkan kita untuk berbuat adil dan beradab dalam menjaga dan memelihara bumi. Disini terdapat nilai akhlakul karimah, baik kepada Allah, makhluk-Nya, dan juga diri sendiri. Sementara kita sering melihat berita di televisi, kasus bunuh diri, penebangan liar, pemerkosaan, pembunuhan, dll. Di mana nilai-nilai ke-Indonesia-an mereka? Nah, disini peran Pendidikan Agama Islam harus mengokohkan akhlak manusia (Matinul Khuluq).
Sila berikutnya adalah “Persatuan Indonesia”. Dengan berbagai macam suku bangsa, bahasa, budaya dan agama memang menjadi tantangan yang besar untuk menyatukan Indonesia. Para pendahulu kita juga sering mewanti-wanti agar masyarakat Indonesia terus bersatu. Peristiwa Sumpah Pemuda memberikan gambaran betapa pentingnya persatuan Indonesia. Namun, sekarang yang terjadi adalah banyaknya perdebatan yang tidak bermanfaat, bangsa ini terpecah-belah karena politik praktis, lalu umat Islam terjebak dengan permasalahan sepele karena perbedaan cabang dalam agama. Bangsa ini tidak akan bisa bersatu jika terus mementingkan egoisme pribadi.
Dalam Islam, dikenal nilai ukhuwah, bahwa setiap muslim itu bersaudara, bersatulah dalam tali agama Allah dan jangan terpecah-belah. Kita juga mengenal tahapannya, mulai dari mengenal satu sama lain, saling memahami, saling tolong-menolong dan senasib sepenanggungan. Bahkan indahnya ukhuwah islamiah, dikenal istilah itsar sebagai puncak dari ukhuwah, yaitu mendahulukan kepentingan saudaranya dan juga istilah salimatus shadr, yaitu berlapang dada terhadap saudaranya. Masya Allah, Pendidikan Agama Islam di Indonesia harus menekankan prinsip bersatu dalam akidah, sedangkan masalah kecil yang bersifat cabang seperti aliran mazhab selagi masih berlandaskan Alquran dan Sunah maka tidak perlu untuk diperdebatkan sehingga menyulut perpecahan.
Berikutnya yaitu sila keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan/atau perwakilan”. Jika kita memaknai lebih dalam, rakyat Indonesia ini harus memiliki pemimpin. Pemimpin yang bijaksana dalam bersikap, yang mampu menyerap aspirasi masyarakat melalui prinsip musyawarah dan/atau perwakilan rakyat. Dalam Islam, dikenal istilah Al-Qiyadah wal-Jundiyah, yaitu tentang hak dan kewajiban serta etika pemimpin terhadap rakyatnya, maupun rakyat kepada pemimpinnya. Juga dikenal ‘Amal Islami, bahwa dalam bergerak dan bekerja itu butuh berjamaah (bekerjasama) dalam mencapai satu tujuan yang sama. Namun, sekarang yang terjadi adalah pemimpin tidak paham akan kepemimpinannya, aspirasi masyarakat diabaikan, rakyat tidak memercayai pemimpinnya, pemerintahan yang tidak mampu bekerjasama dengan pihak lainnya sehingga tidak sinergis. Ini membuktikan bahwa Pendidikan Agama Islam akan berperan besar menanamkan nilai dan menjadi solusi permasalahan pada sila ini.
Dan yang terakhir adalah “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Banyak kasus tentang belum adilnya kehidupan sosial di Indonesia, ketika kesenjangan terjadi antara si kaya dan si miskin. Ini berkaitan pula dengan kemandirian seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Juga berkaitan dengan lapangan pekerjaan yang semakin lama semakin sempit. Ini begitu kompleks, padahal solusinya juga terdapat di dalam Islam, yaitu zakat. Kita tahu bahwa zakat adalah wajib bagi seorang muslim, bahkan senantiasa diingatkan begitu banyak dalam Alquran. Zakat jika diterapkan dengan baik maka tidak akan ada lagi rakyat yang kelaparan, terbukti pada zaman pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, ketika tidak ada lagi yang bisa diberikan santunan zakat. Zakat sangat banyak ketentuan dan jenisnya, maka Pendidikan Agama Islam sangat penting untuk mendidik dan membantu terlaksananya zakat dalam prinsip seorang muslim di masa depan.
Jadi, kita sudah yakin dengan mantap bahwa Pendidikan Agama Islam sebenarnya menjadi solusi konkret jangka panjang untuk memperbaiki Indonesia, dan nilai-nilai Indonesia dalam pancasila ikut andil dalam penyesuaian terhadap kondisi yang ada pada Indonesia. Ini menjadi model yang sangat baik menurut saya. Benarlah perkataan Rasulullah saw.:
“Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya.” (HR. Malik)
Mengapa kini Indonesia menghadapi berbagai masalah kompleks? Jawabannya adalah karena bangsa Indonesia semakin jauh dengan agama Islam. Jangan salahkan Islam ketika Indonesia terpuruk, tapi salahkan manusianya yang belum sadar terhadap agamanya. Nah, lagi-lagi Pendidikan Agama Islam menjadi sangat berperan dalam mendidik generasi pencerah peradaban. Semoga Pendidikan Agama Islam di Indonesia di masa depan benar-benar menjadi solusi bangkitnya peradaban Indonesia. Sehingga membuktikan janji Allah kepada bangsa yang beriman dan bertakwa, bahwa Indonesia akan diberkahi oleh Allah dari langit dan dari bumi. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin. Wallahu a’lam.





DAFTAR PUSTAKA
RI, Departemen Agama. 1976. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Bumi Restu
Malik bin Anas. 2009. Al-Muwaththa’ Imam Malik. Diterjemahkan oleh: Muhammad Iqbal Qadir. Jakarta: Pustaka Azzam
Republik Indonesia. 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta: Sekretariat Negara
Jasiman. 2009. Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah. Surakarta: Aulia Press
Masyhur, Syaikh Mushthafa. 2000. Fiqh Dakwah. Diterjemahkan oleh: Abu Ridho. Jakarta: Al-I’tishom
Al-Banna, Hasan. 2012. Majmu’atu Rasa’il. Diterjemahkan oleh: Anis Matta. Surakarta: Era Adicitra Intermedia
http://www.ahmadheryawan.com/lintas-jabar/lintas-jawa-barat/23-pendidikan/4058-pendidikan-kunci-kemajuan-peradaban

0 komentar:

Posting Komentar