Sabtu, 31 Oktober 2015

Peran Pemuda dalam Membangun Peradaban Bangsa





Bulan Oktober ini adalah momen penting bagi para pemuda khususnya mahasiswa. Di bulan ini terdapat peristiwa bersejarah yang akan selalu diingat yaitu Hari Sumpah Pemuda. Bagaimana tidak? Para pemuda bersumpah untuk bersatu di atas berbagai perbedaan yang ada pada bangsa Indonesia.
            Pemuda menjadi suatu entitas yang sangat penting dalam kehidupan manusia, kita bisa katakan bahwa fase pemuda ini adalah masa penentu kesuksesan. Di fase inilah manusia harus bergerak menentukan masa depannya. Jika kita gagal pada fase ini, maka masa depan kita bisa suram bahkan hancur.
            Inilah sebabnya Imam Hasan Al-Banna sampai menyampaikan pesan melalui ceramahnya dan dibukukan dalam Majmu’atur Rasail pada bab Kepada Para Pemuda dan Secara Khusus Kepada Para Mahasiswa. Beliau menyatakan bahwa dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dan dalam setiap pemikiran, pemuda adalah pengibar panji-panjinya.
             Maka, kita sebagai generasi muda jangan sampai menghabiskan fase ini dengan hanya bersenang-senang ataupun membuang-buang waktu. Karena kita tahu bahwa fase ini sangat efektif, seharusnya kita menggunakan waktu ini dengan semaksimal mungkin. Memanfaatkan segala potensi yang ada untuk menebar manfaat, bahkan kita bisa gunakan waktu ini untuk membangun peradaban bangsa.
            Membangun peradaban bangsa tentunya bukanlah hal yang mudah dan bisa dicapai dalam waktu yang singkat. Banyak sekali cita-cita peradaban dari nenek moyang kita yang baru terwujud sekarang, atau bahkan masih belum terwujud. Ini memberikan pelajaran bahwa membangun peradaban adalah suatu patungan sejarah dari generasi terdahulu hingga ke generasi sekarang.
            Rasulullah SAW sebagai teladan kita telah membuktikan bahwa Islam adalah cara terbaik dalam membangun peradaban yang terbaik. Dalam waktu 22 tahun berdakwah, Rasulullah meletakkan cita-cita peradaban pada pundak generasi salafush shalih, tabi’in, tabi’ut tabi’in hingga ke generasi akhir zaman yaitu kita.
            Namun ada hal yang perlu kita garis bawahi, bahwa sebelum kita membangun peradaban, harus ada modal yang kita miliki. Rasulullah SAW fokus dalam penanaman aqidah pada fase Makkah selama 13 tahun, sedangkan sisanya 9 tahun fokus pada penerapan nilai-nilai muamalah, yaitu hukum halal dan haram yang menjadi isyarat daulah islam (peradaban madani). Kita bisa lihat sekarang Arab yang dahulunya jahiliyah, bertahun-tahun setelah Rasulullah wafat banyak ilmuwan-ilmuwan dan berbagai macam penemuan hebatnya.
            Contoh lainnya adalah kisah Sultan Muhammad Al-Fatih yang berhasil mewujudkan ramalan Rasulullah Saw. pada tahun 1453 H dalam menaklukkan kota Konstantinopel. Ketika itu beliau berumur 21 tahun. Ternyata ketika kita kaji sejarah beliau, beliau telah hafal Al-Quran sejak umur tujuh tahun dan menghafal empat bahasa sejak umur sembilan tahun.
Artinya kita sebagai generasi muda sebelum membangun peradaban bangsa harus kuat terlebih dahulu keimanan dan aqidahnya, kedekatan kita kepada Allah Swt., dan tsaqafah dasar seorang muslim dan ilmu Al-Quran.
Pada akhirnya kita sebagai mahasiswa, perbanyaklah bekal dan modal kita, siapkan diri kita untuk bisa membangun peradaban. Bergeraklah atas dasar Al-Quran dan As-Sunnah. Jangan pernah lupakan empat fungsi mahasiswa, yaitu Agent of Change, Iron Stock, Social Control dan Moral Force. Pegang teguhlah Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, dan Pengabdian Masyarakat. Dan terakhir, jadilah mahasiswa yang memiliki sifat berani, tenang, dan optimis dalam menggapai cita-cita. Hidup Mahasiswa!