Selasa, 17 Mei 2016

MENSYUKURI KEGELAPAN

MENSYUKURI KEGELAPAN
(Oleh: Mujahid Robbani Sholahudin)


Hari ini, sepanjang FT hingga Blok M merasakan mati listrik, membuat kami berada dalam kegelapan dari pagi hingga sore hari. Produktivitas kami berkurang, handphone dan gadget kami kehabisan baterai. Kami hanya duduk termenung memandangi hujan gerimis yang syahdu atau tidur di ruang-ruang sekretariat kami, atau mengisi waktu gelap dengan indahnya tilawah Al-Quran dengan cahaya matahari yang masuk dari jendela sekretariat kami.

Bagaimana mungkin kami tidak bersyukur, ketika kegelapan ini hanyalah kegelapan akibat mati listrik sementara. Sedangkan pada zaman ketika Islam belum datang di Jazirah Arab, mereka dalam kegelapan moral dan akhlaq?! Mereka bersumpah dengan nama Allah dan tuhan-tuhan lainnya yang mereka juga agungkan. Mereka berdagang namun tidak tahu akan dibawa kemana perdagangannya ketika ajal menjemput. Mereka kaya namun tidak paham untuk apa uangnya ia persembahkan. Begitulah kondisi bangsa Arab Jahiliyah yang tertimpa kegelapan moral dan akhlaq. Sungguh ini lebih buruk dan lebih terpuruk daripada kegelapan lampu-lampu kita.

Bagaikan berada di padang gersang luas yang takkan kau temukan air disana, datanglah seorang pemuda gagah berani dan terpercaya membawakan air minum yang sejuk dan menyegarkan. Begitulah Rasulullah SAW, diutus oleh Allah SWT kepada ummat manusia khususnya bangsa Arab Jahiliyah, dengan segala kemuliaan moral dan akhlaqnya. Keberanian, ketenangan, dan sikap optimisnya membawa cahaya yang sedikit demi sedikit melenyapkan kegelapan di sekitarnya.

Dakwahnya yang bijaksana dan pengajaran yang baik telah mengeluarkan bangsa Arab dari kegelapan Jahiliyah kepada cahaya Islam. Hingga mereka mengingkari thaghut-thaghut mereka dan hanya Allah saja yang berhak mereka sembah. Ayat-ayat cinta yang selalu ia lantunkan mencerminkan pengabdian yang mendalam pada ummatnya, bahkan ketika maut menjemputnya.

Hari ini memang gelap, namun bersyukurlah kepada Allah atas nikmat islam dan nikmat iman yang tak dirasakan oleh orang-orang kafir. Lahir dalam keadaan muslim adalah anugerah terindah dalam hidup ini. Iman yang kita yakini dalam hati, yang kita ucapkan dengan lisan, dan kita amalkan dalam perbuatan menuntut keistiqamahan dalam diri ini. Istiqamah dalam mensyukuri apa yang Allah berikan pada kita semua, agar Allah Yang Maha Pemberi menambahkan nikmat ini. Istiqamah dalam berdzikir dan berfikir memuji kebesaran Allah SWT. Sehingga istiqamah akan membawa kita menuju kebahagiaan yang haqiqi, di dunia dan di akhirat. Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad. Wallahu a’lam.

Rabu, 11 Mei 2016

ISLAM, PENDIDIKAN DAN PERADABAN

ISLAM, PENDIDIKAN DAN PERADABAN
Oleh: Mujahid Robbani Sholahudin


Bulan Mei merupakan bulan yang penting bagi para guru, dosen, pelajar dan mahasiswa, karena di dalamnya terdapat peringatan hari pendidikan nasional pada tanggal 2 Mei.

Sebagai seorang muslim yang telah terwarnai dengan kesempurnaan islam, sudah selayaknya kita menimbang segala persoalan dengan timbangan islam. Begitu pula halnya dengan pendidikan. Seperti apa pentingnya pendidikan dalam Islam?

Menengok pada sejarah turunnya wahyu kepada Rasulullah SAW, wahyu pertama yang turun adalah QS. Al-'Alaq. Uniknya, wahyu pertama ini berisikan perintah "Bacalah". Padahal Rasulullah SAW tidak bisa membaca.
Tidak hanya sampai disitu, bahkan wahyu kedua yang turun adalah QS. Al-Qalam yang berbunyi "Nun. Demi pena dan apa yang dituliskannya." Tentunya ini menjadi isyarat bagi kita betapa pentingnya pendidikan dalam islam. Seperti yang telah kita ketahui bahwa membaca dan menulis merupakan budaya pendidikan yang saat ini banyak dilupakan oleh mahasiswa.

Pendidikan adalah kunci peradaban. Pendidikanlah yang membawa bangsa Arab yang jahiliyah menuju pada puncak peradaban tertinggi pada masanya yang disebut dengan Zaman Keemasan Islam.

Sayangnya, buku sejarah kita memulai kisah peradaban tepat setelah kejayaan islam runtuh, sehingga ummat islam kehilangan masa lalu yang gemilang. Ingatlah Al-Khawarizmi yang berperan penting dalam pengembangan matematika dan algoritma. Ingatlah Ibnu Sina yang menjadi bapak kedokteran dunia. Ingatlah Ibnu Rusydi, Al-Biruni, Ar-Razi, Al-Jabar, dan banyak lagi cendekiawan muslim yang menjadi dasar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia. Lalu mengapa ummat islam mengalami kemunduran?

Tentu saja karena kita telah jauh dari pedoman hidup kita. Sebagaimana sebuah Software yang kehilangan ReadMe. Kita sedikit demi sedikit kehilangan warna Islam dalam hati, akal, dan jasad kita.

Dalam hal ini mengenai pendidikan khususnya di Indonesia, kita disibukkan dengan sistem yang begitu rumit tanpa menengok keberhasilan pendidikan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, para sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in, serta para ulama.
Begitu ironisnya konsep "menuntut ilmu" telah berganti menjadi "menunggu ilmu" di bangku-bangku kelas.

Pada akhirnya, kita sebagai mahasiswa harus serius dalam menjalankan fungsi mahasiswa.
Jadilah kita pemuda-pemudi yang siap memimpin masa depan kembali pada masa kejayaan Islam. Jadilah kita pemuda-pemudi yang mempunyai semangat mengubah peradaban menjadi lebih baik dengan pendidikan. Jadilah kita pemuda-pemudi yang siap mengabdi untuk masyarakat.

Semoga goresan keyboard ini bisa sedikit mencerahkan kita semua. Menyadarkan bahwa Islam pernah berjaya menguasai 2/3 dunia karena pendidikan. Kembalilah kita kepada pedoman dan teladan hidup kita, yaitu Al-Quran dan Rasulullah SAW. Banggalah kita akan kesempurnaan islam yang mengatur segala aspek kehidupan, khususnya pendidikan. Dan yakinlah bahwa sejatinya masa depan adalah milik kita. Wallahu a'lam.

Selasa, 10 Mei 2016

RESUME PAM 1 (5 Mei 2016)

Materi 1: Keadvokasian Kampus
Pemateri: Nasrullah Nasution

Advokasi menurut KBBI adalah pembelaan, penggagas. Advokasi adalah aksi strategis yang ditujukan untuk menciptakan kebijakan publik untuk menolong kaum yang lemah / ketidakadilan.

Ada empat arah advokasi:
1. Membela (Defend)
2. Mengubah (Change)
3. Memajukan (Promote)
4. Menciptakan (Create)

Mengapa kita harus mengadvokasi? Karena sesungguhnya setiap manusia memiliki Hak Asasi Manusia, yaitu hak yang melekat pada diri manusia agar hidup manusiawi. Ketika Hak Asasi Manusia dilanggar oleh orang lain, kita sebagai mahasiswa harus mengadvokasi (melakukan pembelaan), karena seharusnya setiap gerakan mahasiswa adalah gerakan advokasi dengan berpegang pada prinsip idealisme mahasiswa dan hukum yang berlaku di sekitar.

Macam-macam Advokasi:
1. Advokasi Litigasi (Pendampingan, Pembelaan)
2. Advokasi Non Litigasi (Pendidikan, Penelitian, Penyuluhan, Kampanye)
3. Advokasi Extra Litigasi (Judicial Review)

Advokasi muncul karena adanya kesewenang-wenangan, ketidakadilan, dan orang2 yang tidak berdaya. Advokasi yang baik harus berorientasi pada kepentingan publik, bukan kepentingan pribadi. Advokasi juga harus bernilai edukasi, tidak menjuluki korban, tidak memonopoli kaum elite, dan harus menjadi sarana untuk berjuang.


Materi 2: Teknik Investigasi dan Negosiasi
Pemateri: Hari Kurniawan

Negosiasi merupakan bentuk advokasi non litigasi.

Ada tiga poin:
1. Tindakan (Penyelidikan, Penyidikan)
2. Cara (Mencatat, Merekam, Meninjau)
3. Tujuan (Mendapatkan Fakta, Jawaban)

Perbedaan Negosiasi dan Lobbying
Negosiasi -> Formal
Lobbying -> Non Formal

Agar negosiasi/lobbying berjalan secara efektif dan efisien, sebelum melakukan negosiasi/lobbying, lakukan persiapan yang matang dengan data fakta, peristiwa, dan bukti. Siapkan strategi dan analisis SWOT. Kunci dari negosiasi/lobbying adalah temui orang yang dapat mengubah kebijakan.

Tulisan ini terinspirasi dari Rakha Ramadhana (Kel. 4)