Senin, 26 September 2016

Apalah Arti Sebuah Nama

Apalah Arti Sebuah Nama
Oleh: Mujahid Robbani Sholahudin



Setiap manusia pasti memiliki nama. Ia menjadi identitas paling dasar dalam diri manusia. Ia juga menjadi atribut yang paling awal ditanya dalam proses mengenal sesama. Ada yang menganggap nama adalah visi hidupnya, ada pula yang menganggap sebagai doa dari orang tuanya, atau menganggap sepele dengan mengatakan "Apalah Arti Sebuah Nama".

Ya, nama memang hanya sebuah nama. Tapi bagi saya ini menjadi arah yang jelas untuk saya bertindak, jika dan hanya jika dia sadar akan fungsi namanya. Bagi saya nama adalah doa dari orang tua saya yang berharap diri saya sesuai dengan nama saya. Bagi saya nama adalah bagaimana seharusnya saya bersikap. Dan nama yang akan menentukan posisi saya di hari kiamat nanti.

"Sesungguhnya kalian pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama kalian dan nama bapak-bapak kalian, maka baguskanlah namamu." (HR Muslim).

Perkenalkan, nama saya Mujahid Robbani Sholahudin. Izinkan saya menjelaskan makna dari nama yang saya miliki.

1. Mujahid

Secara bahasa, Mujahid artinya adalah orang yang bersungguh-sungguh atau berjuang. Singkatnya Mujahid artinya Pejuang atau dalam bahasa Inggris adalah Fighter.

"Mujahid adalah orang yang berjihad memerangi jiwanya dalam ketaatan kepada Allah dan Muhajir adalah orang yang berhijrah dari larangan Allah." (HR. Ahmad)

"Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nisa: 95-96)

2. Robbani

"Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang Robbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya." (QS. Ali Imran: 79)

Robbani adalah orang-orang yang senantiasa mempelajari Al-Quran dan juga mengajarkannya kepada orang lain dengan ikhlash.

Imam Ibn Jarir al-Thabari yang dikenal dengan sebutan Imamul Mufassirin mengatakan bahwa Robbani adalah seseorang yang memenuhi beberapa kualifikasi yaitu:

A. Faqih, dalam arti memahami agama Islam dengan sangat baik.
B. 'Alim, dalam arti memiliki ilmu pengetahuan
C. Bashir bis siyasah ('melek' politik)
D. Bashir bit tadbir ('melek' manajemen)
E. Qaim bi syu-un al-ra'iyah bima yuslihuhum fi dun-yahum wa dinihim (melaksanakan segala urusan rakyat yang mendatangkan kemaslahatan mereka, baik dalam urusan dunia maupun agama)

3. Sholahudin

Secara bahasa, Sholahudin artinya adalah Kebaikan Agama.

Namun, Sholahudin bisa juga bermaksud nama tokoh besar pemimpin pasukan muslim dalam Perang Salib yang bernama Sholahudin Al-Ayyubi yang berhasil merebut Masjidil Aqsa ke tangan ummat Islam.

Sholahudin terkenal sebagai penguasa yang menunaikan kebenaran, bahkan memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme.

Sholahudin juga dikenal sebagai orang yang saleh dan wara‘. Ia tidak pernah meninggalkan salat fardu dan gemar salat berjamaah. Bahkan ketika sakit keras pun ia tetap berpuasa, walaupun dokter menasihatinya supaya berbuka. “Aku tidak tahu bila ajal akan menemuiku,” katanya. Sholahudin amat dekat dan sangat dicintai oleh rakyatnya. Ia menetapkan hari Senin dan Selasa sebagai waktu tatap muka dan menerima siapa saja yang memerlukan bantuannya. Ia tidak nepotis atau pilih kasih.

Dengan ketiga kata tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Mujahid Robbani Sholahudin diharapkan mampu menjadi seorang "Pejuang di jalan Allah yang senantiasa mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya kepada orang lain dengan ikhlash dan demi kebaikan Agama seperti seorang Sholahudin Al-Ayyubi".

Sungguh berat nama yang tersemat dalam diri ini. Tentu saja, nama yang seindah dan sedalam ini belum tentu sesuai dengan kenyataan si pemilik nama. Akan tetapi alangkah bahagianya orang tua saya, jika saya mampu menjadi apa yang diharapkan mereka. 

Maka saya jadikan nama ini sebagai motivasi paling dasar dalam hidup saya. Ketika saya kehilangan semangat, saya harus ingat bahwa saya adalah Mujahid yang harus terus berjuang. Ketika saya terhanyut dalam keindahan dunia yang melalaikan, saya harus ingat bahwa saya adalah Robbani yang harus terus ikhlash. Dan ketika saya kehilangan tujuan, saya harus ingat bahwa saya adalah Sholahudin yang bergerak untuk kebaikan agama.

Terkadang kita sering mencari motivasi hikmah dari orang lain, itu tidak salah. Namun jangan lupa bahwa hikmah terdekat ada pada diri kita sendiri.

"Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (QS. Adz-Dzariyat: 20-21)

Selamat mencari hikmah. Semoga bermanfaat.

Jumat, 05 Agustus 2016

Resume Buku Amal Jama’i



“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeri pada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104).

Ikhtiar perseorangan dengan cara sendiri tidak akan mampu memikul segala tugas dan tanggung jawab dakwah dan tidak akan berdaya melaksanakan segala tuntutan perjuangan dakwah dalam rangka memberantas segala kejahatan yang ada di muka bumi dan menghancurkan akar-akar jahiliyyah.

Amal Jama’i adalah kegiatan yang merupakan produk suatu keputusan jama’ah yang selaras dengan manhaj (sistem) yang telah ditentukan bersama, bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

Amal jama’i memiliki ciri-ciri :
  1. Aktivis yang akan dijalankan harus bersumber dari keputusan atau persetujuan jama’ah. 
  2. Jama’ah yang dimaksudkan, harus mempunyai Anggaran Dasar dan pengurusan yang tersusun rapi.
  3. Setiap tindakan dan akivitasnya harus sesuai dengan dasar dan strategi atau pendekatan yang telah digariskan oleh jama’ah. 
  4. Seluruh tindakannya harus bertujuan untuk mencapai cita-cita yang telah ditetapkan bersama. 
Syarat mutlak bagi organisasi yang bergerak dalam aktivitas islami adalah harus mempunyai sistem organisasi yang lengkap dan kepemimpinan yang gesit. Hasan Al-Banna, dalam merumuskan masalah ini pernah menyimpulkan bahwa gerakan da’wah ikhwanul muslimin tegak diatas dasar “pengorganisasian yang rapi, iman yang teguh, dan jihad yang lestari”.
Faktor utama Ikhwanul Muslimin selalu mengutamakan organisasi yang mempunyai peraturan dan pengorganisasian yang rapi:
1.       Menjadi syarat terpenting untuk menjayakan cita-cita perjuangan organisasi manapun.
2.       Islam telah mewajibkan kepada ummatnya supaya teratur dalam segala hal untuk mencapai posisi yang lebih sempurna dan berguna.
Tujuan pengangkatan seorang ketua atau amir dalam suatu organisasi atau jama’ah bukan semata-mata sebagai lambang, tetapi bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi dan memudahkan jama’ah dalam bergerak dan bertindak melakukan aktivitas islami.
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal kemaksiatan kepada Allah.” (Al-Hadits)
“Apabila seorang hakim berijtihad, maka apabila ijtihadnya benar dan tepat maka baginya dua pahala, tapi apabila salah, maka baginya satu pahala saja.” (Al-Hadits)
Sebagai manifestasi ciri-ciri pengorganisasian yang paling jelas dan perlu mendapat perhatian yaitu:
  1. Bekerja keras, serius, gigih dan potensial dalam menjalankan seluruh tugas gerakan. 
  2. Manajemen yang rapi dan sistematik , serta disiplin yang tinggi ala militer. 
  3. Petunjuk pelaksanaan kerja yang jelas. 
  4. Pembagian tanggung jawab yang jelas bagi masing-masing pimpinan, 
  5. Menentukan sistem komunikasi anggota dan pimpinan yang bertanggung jawab di masing-masing peringkat kepemimpinan. 
  6. Komitmen penuh dengan apa yang telah ditetapkan oleh jamaah melalui pihak-pihak yng bertanggung jawab terhadapnya. 
Ketentuan, ciri-ciri,prinsip dasar dan sistem gerakan.
  1. Wasilah dakwah Tidak boleh bertentangan dengan hukum islam. 
  2. Marhalah dakwah Adalah kerangka dasar dan startegi jama’ah dengan melalui pengkajian yang mendalam tentang sejauh mana kekuatan dan kemampuan jamaah. 
  3. Maudhu’ dakwah (tema dakwah) Tema atau maudhu’ da’wah adalah mengenai totalitas ajaran islam. Diantara yan terpenting ialah yang menyangkut keimanan kepada Allah, Rasulullah (yang meliputi segala perbuatan, perkataan dan ketetapannya) dan beriman kepada hari akhir.
  4. Kaifiyat dakwah (metode pendekatan dakwah). Baik berupa Dakwah fardiyah dan pendekatan pribadi. Penyampaian buku-buku. Ceramah-ceramah Berkomunikasi dengan ahli ibadah maupun Akhlaq da’i 
Amal Jama’i akan mendatangkan hasil serta dapat mencapai tujuan dan cita-citanya apabila kegiatannya kontinu. Kegiatan kontinu menjadi syarat penting sebelum jamah dapat mencapai tujuannya. Agar amal jama’i bersifat kontinu maka organisasi tersebut harus memiliki kemantapan organisasi yang ditentukan oleh:
  1. Gerakan bersama yang kontinu bergantung pada keutuhan dan kemantapan organisasi tanpa ada keretakan dan perpecahan. 
  2. Gerakan bersama dapat kontinu apabila mampu mempertahankan semangat anggotanya ke tahap yang paling tinggi dan kuat. 
  3. Persatuan, disiplin, serta ketahanan anggota merupakan faktor terpenting bagi kontinuitas gerakan bersama. Persoalan terakhir yaitu cara menjaga persatuan, keutuhan organisasi, melestarikannya
Adapun Faktor-Faktor yang mempengaruhi ketahanan amal jama’i adalah:
  1. Adanya keyakinan pertolongan dari Allah agar ketahanan organisasi tetap terjaga walaupun susah. 
  2. Jika ada bencana, dan sudah diketahui dengan pasti sumber bencananya, maka harus selalu waspada dan mengambil langkah-langkah pengamanan, serta dengan cepat memberantas sumber bencana sebelum menular.

Kamis, 23 Juni 2016

Makna Kemenangan Puasa Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh ummat islam. Di akhir ramadhan, kita sering menyebutnya sebagai hari kemenangan.

Apa sih makna kemenangan puasa dalam islam? Coba kita lihat dari dalil puasa.

Dalam Al-Quran,

"Wahai orang2 beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan pula atas orang2 sebelummu agar kamu bertaqwa."
(QS. Al-Baqarah: 183)

Dan hadits,

"Barangsiapa yang berpuasa di bulan ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap ridha allah, Allah akan ampuni dosa2nya yang telah lalu". (HR. Bukhari & Muslim)

Beralih sejenak, di kampus setiap tahunnya pasti ada agenda Pelatihan, seperti PKMJ, Muslim Fighter, dll.

Nah, puasa ini ibarat sebuah Pelatihan. Di awal sambutan biasanya Ketua Pelaksana memberi tahu apa tujuan akhir dari Pelatihan ini, misalnya agar menjadi pemimpin yang tangguh dan di akhir mendapat sertifikat telah lulus pelatihan dengan nilai A, B, C, dsb.

Seperti halnya Allah SWT memanggil kepada orang2 beriman, yaitu orang2 yang pernah mendaftarkan diri menjadi muslim melalui syahadat atau didaftarkan orang tuanya menjadi muslim sejak lahir untuk mengikuti Pelatihan yang dinamakan Ash-Shiyaam (Puasa)

Adapun tujuan akhir dari Pelatihan ini jelas tercantum yaitu la'allakum tattaqun, agar orang2 beriman itu menjadi bertaqwa.

Lantas apa untungnya menjadi orang bertaqwa?

Dalam QS. Al-Hujurat ayat 13 Allah berfirman

Inna akramakum 'indallahi atqakum

"Sesungguhnya yang PALING mulia di sisi Allah adalah yang PALING bertaqwa di antara kamu."

Bukan mulia ajah loh, tapi mulia banget karena menggunakan kata "paling".

Jadi sejatinya kita mengikuti pelatihan ini untuk mencapai suatu kesuksesan yaitu menjadi orang yang paling mulia di hadapan Allah..

Bulan Ramadhan ini menjadi momen kita untuk memuliakan diri di hadapan Allah SWT.

Tapi sayangnya.. Rasulullah bersabda

“Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.” (HR. Ibnu Majah)

Jadi, banyak orang kehilangan pahala puasa, karena ibarat ikut Pelatihan, tetapi tidak ikut materi, sepanjang hari tidur2an saja, tugas2 Pelatihan pun tidak dikerjakan. Akhirnya, mustahil dia lulus dari Pelatihan itu.

Sama halnya seperti puasa. Bagaimana kita ingin mendapatkan ampunan Allah, bagaimana ingin mendapat gelar taqwa, bagaimana ingin jadi yang paling mulia di sisi Allah. Jikalau selama puasa kita masih bermaksiat, menyia-nyiakan waktu, atau tidur saja sepanjang hari, tidak memanfaatkan dengan memperbanyak ibadah.

Dan sesungguhnya kemenangan dari puasa bukanlah di waktu maghrib atau di hari raya, tetapi di 11 bulan berikutnya, karena gelar taqwa itu justru sebuah amanah. Dan yang benar2 menang adalah yang istiqomah.

Banyak orang yang merasa menang ketika idul fitri, tetapi beberapa hari setelahnya mengulangi perbuatan2 buruk di masa lalu. Na'udzubillahi min dzalik.

Kalau setelah ramadhan maksiat itu berkurang atau bahkan hilang selamanya, disitulah kita menang. Namun jika sebaliknya, maka kita telah kalah.

Jadi kesimpulannya, arti kemenangan yang sesungguhnya pada bulan Ramadhan ini menurut saya adalah ketika kita berhasil meraih prestasi dalam:

1. Menyambut seruan Allah
2. Berhasil menahan hawa nafsu, lapar, dahaga, dan yang membatalkan puasa
3. Mengambil banyak manfaat dari puasa
3. Memperbanyak ibadah
4. Diampuni dosa2nya yang telah lalu
5. Mendapatkan gelar taqwa
6. Menjadi yang paling mulia di sisi Allah
7. Mempertahankan kemuliaan di 11 bulan berikutnya.

Semoga Allah menjaga kita semua dari perbuatan-perbuatan yang dibenci Allah dan istiqomahkan kita sampai ajal menjemput. Sehingga kita benar-benar menang dan menjadi pribadi yang bertaqwa. Aamiin.

Wallahu a'lam bishshawab..

-Mujahid Robbani Sholahudin-

Selasa, 17 Mei 2016

MENSYUKURI KEGELAPAN

MENSYUKURI KEGELAPAN
(Oleh: Mujahid Robbani Sholahudin)


Hari ini, sepanjang FT hingga Blok M merasakan mati listrik, membuat kami berada dalam kegelapan dari pagi hingga sore hari. Produktivitas kami berkurang, handphone dan gadget kami kehabisan baterai. Kami hanya duduk termenung memandangi hujan gerimis yang syahdu atau tidur di ruang-ruang sekretariat kami, atau mengisi waktu gelap dengan indahnya tilawah Al-Quran dengan cahaya matahari yang masuk dari jendela sekretariat kami.

Bagaimana mungkin kami tidak bersyukur, ketika kegelapan ini hanyalah kegelapan akibat mati listrik sementara. Sedangkan pada zaman ketika Islam belum datang di Jazirah Arab, mereka dalam kegelapan moral dan akhlaq?! Mereka bersumpah dengan nama Allah dan tuhan-tuhan lainnya yang mereka juga agungkan. Mereka berdagang namun tidak tahu akan dibawa kemana perdagangannya ketika ajal menjemput. Mereka kaya namun tidak paham untuk apa uangnya ia persembahkan. Begitulah kondisi bangsa Arab Jahiliyah yang tertimpa kegelapan moral dan akhlaq. Sungguh ini lebih buruk dan lebih terpuruk daripada kegelapan lampu-lampu kita.

Bagaikan berada di padang gersang luas yang takkan kau temukan air disana, datanglah seorang pemuda gagah berani dan terpercaya membawakan air minum yang sejuk dan menyegarkan. Begitulah Rasulullah SAW, diutus oleh Allah SWT kepada ummat manusia khususnya bangsa Arab Jahiliyah, dengan segala kemuliaan moral dan akhlaqnya. Keberanian, ketenangan, dan sikap optimisnya membawa cahaya yang sedikit demi sedikit melenyapkan kegelapan di sekitarnya.

Dakwahnya yang bijaksana dan pengajaran yang baik telah mengeluarkan bangsa Arab dari kegelapan Jahiliyah kepada cahaya Islam. Hingga mereka mengingkari thaghut-thaghut mereka dan hanya Allah saja yang berhak mereka sembah. Ayat-ayat cinta yang selalu ia lantunkan mencerminkan pengabdian yang mendalam pada ummatnya, bahkan ketika maut menjemputnya.

Hari ini memang gelap, namun bersyukurlah kepada Allah atas nikmat islam dan nikmat iman yang tak dirasakan oleh orang-orang kafir. Lahir dalam keadaan muslim adalah anugerah terindah dalam hidup ini. Iman yang kita yakini dalam hati, yang kita ucapkan dengan lisan, dan kita amalkan dalam perbuatan menuntut keistiqamahan dalam diri ini. Istiqamah dalam mensyukuri apa yang Allah berikan pada kita semua, agar Allah Yang Maha Pemberi menambahkan nikmat ini. Istiqamah dalam berdzikir dan berfikir memuji kebesaran Allah SWT. Sehingga istiqamah akan membawa kita menuju kebahagiaan yang haqiqi, di dunia dan di akhirat. Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad. Wallahu a’lam.

Rabu, 11 Mei 2016

ISLAM, PENDIDIKAN DAN PERADABAN

ISLAM, PENDIDIKAN DAN PERADABAN
Oleh: Mujahid Robbani Sholahudin


Bulan Mei merupakan bulan yang penting bagi para guru, dosen, pelajar dan mahasiswa, karena di dalamnya terdapat peringatan hari pendidikan nasional pada tanggal 2 Mei.

Sebagai seorang muslim yang telah terwarnai dengan kesempurnaan islam, sudah selayaknya kita menimbang segala persoalan dengan timbangan islam. Begitu pula halnya dengan pendidikan. Seperti apa pentingnya pendidikan dalam Islam?

Menengok pada sejarah turunnya wahyu kepada Rasulullah SAW, wahyu pertama yang turun adalah QS. Al-'Alaq. Uniknya, wahyu pertama ini berisikan perintah "Bacalah". Padahal Rasulullah SAW tidak bisa membaca.
Tidak hanya sampai disitu, bahkan wahyu kedua yang turun adalah QS. Al-Qalam yang berbunyi "Nun. Demi pena dan apa yang dituliskannya." Tentunya ini menjadi isyarat bagi kita betapa pentingnya pendidikan dalam islam. Seperti yang telah kita ketahui bahwa membaca dan menulis merupakan budaya pendidikan yang saat ini banyak dilupakan oleh mahasiswa.

Pendidikan adalah kunci peradaban. Pendidikanlah yang membawa bangsa Arab yang jahiliyah menuju pada puncak peradaban tertinggi pada masanya yang disebut dengan Zaman Keemasan Islam.

Sayangnya, buku sejarah kita memulai kisah peradaban tepat setelah kejayaan islam runtuh, sehingga ummat islam kehilangan masa lalu yang gemilang. Ingatlah Al-Khawarizmi yang berperan penting dalam pengembangan matematika dan algoritma. Ingatlah Ibnu Sina yang menjadi bapak kedokteran dunia. Ingatlah Ibnu Rusydi, Al-Biruni, Ar-Razi, Al-Jabar, dan banyak lagi cendekiawan muslim yang menjadi dasar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia. Lalu mengapa ummat islam mengalami kemunduran?

Tentu saja karena kita telah jauh dari pedoman hidup kita. Sebagaimana sebuah Software yang kehilangan ReadMe. Kita sedikit demi sedikit kehilangan warna Islam dalam hati, akal, dan jasad kita.

Dalam hal ini mengenai pendidikan khususnya di Indonesia, kita disibukkan dengan sistem yang begitu rumit tanpa menengok keberhasilan pendidikan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, para sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in, serta para ulama.
Begitu ironisnya konsep "menuntut ilmu" telah berganti menjadi "menunggu ilmu" di bangku-bangku kelas.

Pada akhirnya, kita sebagai mahasiswa harus serius dalam menjalankan fungsi mahasiswa.
Jadilah kita pemuda-pemudi yang siap memimpin masa depan kembali pada masa kejayaan Islam. Jadilah kita pemuda-pemudi yang mempunyai semangat mengubah peradaban menjadi lebih baik dengan pendidikan. Jadilah kita pemuda-pemudi yang siap mengabdi untuk masyarakat.

Semoga goresan keyboard ini bisa sedikit mencerahkan kita semua. Menyadarkan bahwa Islam pernah berjaya menguasai 2/3 dunia karena pendidikan. Kembalilah kita kepada pedoman dan teladan hidup kita, yaitu Al-Quran dan Rasulullah SAW. Banggalah kita akan kesempurnaan islam yang mengatur segala aspek kehidupan, khususnya pendidikan. Dan yakinlah bahwa sejatinya masa depan adalah milik kita. Wallahu a'lam.

Selasa, 10 Mei 2016

RESUME PAM 1 (5 Mei 2016)

Materi 1: Keadvokasian Kampus
Pemateri: Nasrullah Nasution

Advokasi menurut KBBI adalah pembelaan, penggagas. Advokasi adalah aksi strategis yang ditujukan untuk menciptakan kebijakan publik untuk menolong kaum yang lemah / ketidakadilan.

Ada empat arah advokasi:
1. Membela (Defend)
2. Mengubah (Change)
3. Memajukan (Promote)
4. Menciptakan (Create)

Mengapa kita harus mengadvokasi? Karena sesungguhnya setiap manusia memiliki Hak Asasi Manusia, yaitu hak yang melekat pada diri manusia agar hidup manusiawi. Ketika Hak Asasi Manusia dilanggar oleh orang lain, kita sebagai mahasiswa harus mengadvokasi (melakukan pembelaan), karena seharusnya setiap gerakan mahasiswa adalah gerakan advokasi dengan berpegang pada prinsip idealisme mahasiswa dan hukum yang berlaku di sekitar.

Macam-macam Advokasi:
1. Advokasi Litigasi (Pendampingan, Pembelaan)
2. Advokasi Non Litigasi (Pendidikan, Penelitian, Penyuluhan, Kampanye)
3. Advokasi Extra Litigasi (Judicial Review)

Advokasi muncul karena adanya kesewenang-wenangan, ketidakadilan, dan orang2 yang tidak berdaya. Advokasi yang baik harus berorientasi pada kepentingan publik, bukan kepentingan pribadi. Advokasi juga harus bernilai edukasi, tidak menjuluki korban, tidak memonopoli kaum elite, dan harus menjadi sarana untuk berjuang.


Materi 2: Teknik Investigasi dan Negosiasi
Pemateri: Hari Kurniawan

Negosiasi merupakan bentuk advokasi non litigasi.

Ada tiga poin:
1. Tindakan (Penyelidikan, Penyidikan)
2. Cara (Mencatat, Merekam, Meninjau)
3. Tujuan (Mendapatkan Fakta, Jawaban)

Perbedaan Negosiasi dan Lobbying
Negosiasi -> Formal
Lobbying -> Non Formal

Agar negosiasi/lobbying berjalan secara efektif dan efisien, sebelum melakukan negosiasi/lobbying, lakukan persiapan yang matang dengan data fakta, peristiwa, dan bukti. Siapkan strategi dan analisis SWOT. Kunci dari negosiasi/lobbying adalah temui orang yang dapat mengubah kebijakan.

Tulisan ini terinspirasi dari Rakha Ramadhana (Kel. 4)

Sabtu, 30 April 2016

HUJAN DAN SYUKUR

HUJAN DAN SYUKUR
Oleh: Mujahid Robbani Sholahudin

Teringat di masa kecilku, ketika ummiku menyanyikan lagu untukku..

"Allah turunkan hujan
Dari gumpalan awan
Dari langit yang tinggi
Membasahi seluruh bumi

Bumi jadi subur
Tanah jadi gembur
Allah tumbuhkan sayur mayur

Bumi jadi subur
Tanah jadi gembur
Pantaslah kita bersyukur"

Mendengar lagu itu, tertanamlah dalam benakku nilai-nilai ketauhidan. Bahwasanya hujan ini Allah-lah yang menurunkannya. Maka sepenuhnya saya meyakini bahwa tidak ada satupun ciptaan Allah yang sia-sia, melainkan ada manfaat atau hikmah di dalamnya.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali Imran: 190-191)

Namun seringkali manusia mengeluh akan datangnya hujan bahkan ada pula yang mencacinya. Padahal Allah telah jelaskan dalam firman-Nya bahwa hujan membawa rahmat bagi manusia.

"Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran." (QS. Al-A'raf: 57)

Pada dasarnya memang manusia tidak pernah puas akan keadaan. Jika diberikan panas terik, manusia mengeluh. Jika diberikan hujan lebat, manusia juga mengeluh. Lantas kapankah kita bisa bersyukur atas nikmat Allah?

Padahal syukur adalah salah satu indikator keimanan seorang hamba Allah, bahkan lawan dari syukur adalah kufur.

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)

Marilah sama-sama kita bersyukur terhadap nikmat Allah. Jadikan hujan ini sebagai jalan kita mengenal Sang Pencipta, karena hujan merupakan salah satu Ayat-Ayat Kauniyah. Sehingga bagi kita orang yang beriman kepada Allah SWT, gunakanlah akal kita untuk berpikir dan Al-Quran sebagai pemberi penjelasan. Sehingga kita menjadi hamba Allah yang Tashdiq (membenarkan) dan berujung pada semakin kuatnya iman kita kepada Allah SWT.

Semoga Allah anugerahkan taufiq dan hidayah kepada kita semua. Aamiin. Wallahu a'lam.