Sabtu, 29 Agustus 2015

Membangun Bangsa dengan Pendidikan untuk Indonesia Merdeka Seutuhnya


Merdeka artinya terbebas dan berdiri sendiri. Indonesia telah merdeka dengan dilaksanakannya Proklamasi oleh founding father kita yaitu Soekarno & Hatta. Sudah 70 tahun lamanya kita merdeka. Namun yang kita rasakan saat ini Indonesia belum seutuhnya merdeka. Atau bahkan ironisnya bisa dikatakan Indonesia saat ini dijajah kembali.
Penjajahan yang dimaksud disini bukanlah penjajahan dalam artian fisik dan angkat senjata. Akan tetapi makna Kemerdekaan kita semakin lama semakin terkikis oleh penjajahan modern. Kita bisa buktikan bahwa ternyata saham BUMN dimiliki oleh asing sebesar 85%. Tambang emas di Papua yang dikelola oleh Freeport juga dikuasai oleh asing. Kedelai, listrik, garam, dan beras pun Indonesia mengimpor dari negara asing. Ilmuwan-ilmuwan kita banyak yang “lari” ke negara asing karena kurangnya perhatian dari pemerintah Indonesia. Barang-barang yang kita sering gunakan sehari-hari pun juga kebanyakan buatan asing. Lalu dimana makna kemerdekaan Indonesia jika dimana-mana milik asing dan mengalir ke asing?
Bangsa Indonesia juga belum mencerminkan sebagai bangsa yang merdeka. Mengapa? Karena masih banyak bangsa Indonesia yang berada dalam garis kemiskinan. Di samping itu juga banyak bangsa Indonesia yang sangat kaya raya. Ini semua berkaitan erat dengan kemauan bangsa Indonesia untuk berusaha dan bekerja keras. Juga berkaitan dengan lapangan pekerjaan yang semakin ketat persaingannya, apalagi menjelang MEA. Lalu ini semua juga berkaitan dengan derajat pendidikan Indonesia yang masih belum merata di seluruh Indonesia, dari segi kelayakan fasilitas maupun sistem pendidikan yang masih harus terus diganti setiap periodenya.
Pada akhirnya semua berujung pada pendidikan. Karena seorang manusia jika sudah berpendidikan maka akan memiliki ilmu dan karakter. Ilmu dan karakter akan digunakan untuk bekerja atau berusaha sesuai dengan kemampuannya. Banyak juga orang berilmu namun tidak berkarakter, hanya akan merusak bangsa. Atau ada juga orang yang tidak berilmu namun memiliki karakter, juga tidak mampu memberikan manfaat yang besar untuk kemajuan bangsa.
Jika saat ini bangsa Indonesia dan negara Indonesia masih terus dijajah secara halus, maka memperbaiki pendidikan adalah kuncinya. Jika bangsa Indonesia dan negara Indonesia masih belum sepenuhnya merdeka, maka Tarbiyyah adalah kuncinya.
Teringat sebuah kisah seseorang yang memiliki cita-cita untuk memperbaiki dunia. Ternyata dia tidak sanggup memperbaiki dunia, jadi dia menurunkan targetnya untuk memperbaiki negaranya. Ternyata dia juga tidak sanggup memperbaiki negaranya, jadi dia menurunkan targetnya lagi untuk memperbaiki kotanya. Ternyata dia juga tidak sanggup memperbaiki kotanya, jadi dia menurunkan lagi targetnya untuk memperbaiki lingkungannya. Ternyata dia juga tidak sanggup memperbaiki lingkungannya, jadi dia lagi-lagi menurunkan targetnya menjadi memperbaiki keluarganya. Ternyata dia pun tidak sanggup memperbaiki keluarganya, jadi dia menurunkan lagi targetnya untuk memperbaiki dirinya namun semua sudah terlambat, dia hamper menemui ajalnya dan tidak sanggup memperbaiki apapun.
Akhirnya dia sadar di akhir hayatnya bahwa untuk mengubah sesuatu yang besar, maka mulailah dari yang terkecil, yaitu perbaiki diri sendiri, Tarbiyyah Dzatiyah. Lalu perbaiki keluarga kita, Dakwah Keluarga. Lalu perbaiki lingkungan kita. Setelah itu perbaiki kota kita, negara kita dan akhirnya kita dapat memperbaiki dunia.
Jadi, kita sebagai mahasiswa harus ikut berpartisipasi dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia. Jangan biarkan perjuangan nenek dan kakek moyang kita sia-sia ketika kita berada pada zaman ini. Carilah ilmu dan beri kontribusi positif untuk membangun negara. Kawal terus pemerintahan kita agar tidak tergiur dengan manisnya kekuasaan. Terakhir, saya berdoa semoga Indonesia kembali Merdeka semerdeka-merdekanya. Aamiin.

0 komentar:

Posting Komentar