Selasa, 30 Juni 2015

Hasan Al Banna: Dai, Murabbi, dan Pemimpin yang Mengabadi (Resume)



Resume Tokoh: Hasan Al Banna
Judul Buku      : Hasan Al Banna: Dai, Murabbi, dan Pemimpin yang Mengabadi
Oleh                : Zabir Rizq
Penerbit           : Harakatuna Publishing
Tempat Terbit  : Jalan Babakan Sari I No. 71 Kiaracondong, Bandung 40283
Waktu Terbit   : 2007
Jml Halaman   : xliv + 164 hlm
Resume Oleh   : Mujahid Robbani Sholahudin

            Buku ini merupakan biografi seorang tokoh besar yang unik karena berdasarkan perspektif tokoh-tokoh besar lainnya. Biografi Imam Syahid Hasan Al Banna berdasarkan pandangan Umar Tilmisani, Hasan Al Hudhaibi, Sayd Quthb, Dr. Musthafa As Siba’i, Muhammad Al Ghazali, Abdurrahman Al Banna, dll yang berjumlah 33 orang.
            Bicara tokoh besar ini tidak akan lepas dengan organisasi yang bernama Ikhwanul Muslimin. Seperti Hasan Al Hudhaibi yang lebih dahulu mengenal Ikhwanul Muslimin sebelum akhirnya mengenal Hasan Al Banna. Hasan Al Hudhaibi awalnya membaca sebuah brosur Ikhwanul Muslimin (IM), namun pandangan pertamanya terhadap IM biasa saja dan menganggap IM hanya organisasi yang membidani program tahfizh quran, bantuan rakyat miskin, motivasi ibadah, dll yang baginya tidak menarik. Sampai akhirnya Hasan Al Hudhaibi bertemu dengan sekelompok pemuda desa yang perbincangannya sangat intelek, dengan bahasa yang tinggi dan bahasan yang mendunia, yang ternyata sekelompok pemuda itu adalah anggota Ikhwanul Muslimin. Para pemuda itu menjelaskan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah organisasi dakwah yang meliputi pembinaan, perbaikan, akhlak, politik, ekonomi, dll. Mulai dari saat itu Hasan Al Hudhaibi tertarik dan akhirnya melihat langsung Hasan Al Banna ketika berceramah.
            Hasan Al Hudhaibi menjelaskan bahwa ungkapan Hasan Al Banna sesungguhnya keluar dari lubuk hatinya dan merasuk ke dalam hati sanubari pendengarnya. Seperti itulah yang dapat dicapai oleh seorang pembicara apabila ia menyampaikan ceramahnya dengan niat yang ikhlas karena Allah semata. Kalimat yang disampaikan Hasan Al Banna bagai air sungai yang mengalir tenang ke tempat yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah, atau bagai alunan musik yang terdengar merdu tanpa nada sumbang. Ketika ia berbicara kepada pendengarnya, jiwa mereka bergelora, hati mereka dilimpahi keimanan, dan akal mereka memperoleh informasi dan pengetahuan yang beragam.
            Hasan Al Hudhaibi mendapatinya sebagai pribadi yang sangat rendah hati, menampakkan etika dan tatakrama tanpa beban sedikit pun. Ilmunya dalam dan melimpah, dikaruniai kecerdasan yang langka, akal yang luas, memahami beragam masalah besar dan kecil dengan baik, dan memiliki cita-cita yang tinggi. Semua itu disertai dengan semangayt beragama yang rasional tanpa fanatisme dan kesemrawutan.
            Selama Hasan Al Hudhaibi bersama dengannya, tidak pernah sekalipun terdengar dari mulutnya sepatah kata yang mengandung hinaan terhadap kehormatan atau ideologi orang lain. Bahkan, juga tidak kepada mereka yang melukai dan menyakitinya dalam perjanjian atau agama. Ia berusaha berkomitmen menjaga hal itu hingga pada batas yang digariskan oleh Allah.

0 komentar:

Posting Komentar