Indonesia
dengan jutaan penduduk muslimnya menjadikan negara ini layak disebut sebagai salah
satu negara muslim terbesar di dunia. Namun banyak sekali permasalahan yang
timbul di negara ini. Bahkan tidak sedikit yang berkaitan dengan moral dan
tingkah laku yang tidak sesuai dengan koridor agama dan peraturan. Betapa
menyedihkan ketika kita menyadarinya. Dan menurut saya, solusinya adalah
Pendidikan Agama Islam yang berbasis nilai-nilai keindonesiaan.
Pendidikan
menjadi sebuah kunci peradaban. Peradaban akan baik ketika pendidikannya
berkualitas. Selain itu, agama Islam yang merupakan satu-satunya agama yang
diridai Allah juga merupakan solusi bagi berbagai permasalahan yang muncul di
Indonesia. Karena Allah telah menjamin dalam kitab suci Alquran yang berbunyi
sebagai berikut:
“Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS.
Al-A’raaf: 96)
Kita
juga tidak mungkin bisa melupakan peran pendahulu kita, kakek dan nenek moyang
kita yang telah berjuang mati-matian membela dan merumuskan dasar negara
Indonesia. Tentu saja mereka tidaklah merumuskan hal itu secara sembarangan.
Merekalah para manusia biasa yang telah diilhami dengan kebijaksanaan,
keberanian dan optimisme. Sehingga terbentuklah nilai-nilai Indonesia, terutama
Pancasila sebagai dasar negara kita dan menjadikan Indonesia merdeka yang hingga
kini telah berumur tujuh puluh tahun.
Jika
kita telusuri, ternyata Pancasila dari sila pertama hingga sila kelima, semuanya
sejalan dengan nilai-nilai Islam. Mari kita telusuri, pada sila pertama
tertulis “Ketuhanan yang Maha Esa.” Sila ini menjelaskan bahwa Indonesia menganut
Monoteisme (Tauhid). Dan kita tahu bahwa hakikat dakwah para Rasul semenjak
zaman nabi Adam as. hingga nabi Muhammad saw. adalah Tauhid, yaitu mengesakan
Allah. Disinilah terdapat nilai akidah sebagai fondasi keimanan seseorang. Maka
jika ingin Indonesia bangkit dari keterpurukan, mulailah dengan penanaman akidah
yang kuat dan bersih (Salimul Aqidah).
Selain
nilai akidah, pada sila pertama juga terdapat nilai ibadah. Allah telah
berfirman bahwa salat mampu mencegah perbuatan yang keji dan mungkar. Puasa mampu
menundukkan hawa nafsu. Zakat mampu menyucikan jiwa dan harta kita. Dan haji mampu
memurnikan ketaatan kita kepada Allah Yang Maha Esa, tunduk dan patuh hanya
kepada Allah. Maka jika Indonesia ingin menghilangkan kriminalisme, maka
perbaikilah ibadah kita. Ibadah pun juga harus mengikuti tuntunan Rasul saw. dan
juga ikhlas hanya untuk Allah (Shahihul
Ibadah).
Pada
sila kedua berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Sebagai seorang
khalifah di muka bumi, Allah telah memerintahkan kita untuk berbuat adil dan
beradab dalam menjaga dan memelihara bumi. Disini terdapat nilai akhlakul karimah,
baik kepada Allah, makhluk-Nya, dan juga diri sendiri. Sementara kita sering
melihat berita di televisi, kasus bunuh diri, penebangan liar, pemerkosaan,
pembunuhan, dll. Di mana nilai-nilai ke-Indonesia-an mereka? Nah, disini peran Pendidikan Agama Islam
harus mengokohkan akhlak manusia (Matinul
Khuluq).
Sila
berikutnya adalah “Persatuan Indonesia”. Dengan berbagai macam suku bangsa,
bahasa, budaya dan agama memang menjadi tantangan yang besar untuk menyatukan
Indonesia. Para pendahulu kita juga sering mewanti-wanti agar masyarakat
Indonesia terus bersatu. Peristiwa Sumpah Pemuda memberikan gambaran betapa
pentingnya persatuan Indonesia. Namun, sekarang yang terjadi adalah banyaknya
perdebatan yang tidak bermanfaat, bangsa ini terpecah-belah karena politik
praktis, lalu umat Islam terjebak dengan permasalahan sepele karena perbedaan
cabang dalam agama. Bangsa ini tidak akan bisa bersatu jika terus mementingkan
egoisme pribadi.
Dalam
Islam, dikenal nilai ukhuwah, bahwa setiap muslim itu bersaudara, bersatulah
dalam tali agama Allah dan jangan terpecah-belah. Kita juga mengenal
tahapannya, mulai dari mengenal satu sama lain, saling memahami, saling tolong-menolong
dan senasib sepenanggungan. Bahkan indahnya ukhuwah islamiah, dikenal istilah itsar sebagai puncak dari ukhuwah, yaitu
mendahulukan kepentingan saudaranya dan juga istilah salimatus shadr, yaitu berlapang dada terhadap saudaranya. Masya
Allah, Pendidikan Agama Islam di Indonesia harus menekankan prinsip bersatu
dalam akidah, sedangkan masalah kecil yang bersifat cabang seperti aliran mazhab
selagi masih berlandaskan Alquran dan Sunah maka tidak perlu untuk
diperdebatkan sehingga menyulut perpecahan.
Berikutnya
yaitu sila keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan/atau perwakilan”. Jika kita memaknai lebih dalam, rakyat
Indonesia ini harus memiliki pemimpin. Pemimpin yang bijaksana dalam bersikap,
yang mampu menyerap aspirasi masyarakat melalui prinsip musyawarah dan/atau
perwakilan rakyat. Dalam Islam, dikenal istilah Al-Qiyadah wal-Jundiyah, yaitu tentang hak dan kewajiban serta
etika pemimpin terhadap rakyatnya, maupun rakyat kepada pemimpinnya. Juga
dikenal ‘Amal Islami, bahwa dalam
bergerak dan bekerja itu butuh berjamaah (bekerjasama) dalam mencapai satu tujuan
yang sama. Namun, sekarang yang terjadi adalah pemimpin tidak paham akan
kepemimpinannya, aspirasi masyarakat diabaikan, rakyat tidak memercayai
pemimpinnya, pemerintahan yang tidak mampu bekerjasama dengan pihak lainnya
sehingga tidak sinergis. Ini membuktikan bahwa Pendidikan Agama Islam akan
berperan besar menanamkan nilai dan menjadi solusi permasalahan pada sila ini.
Dan
yang terakhir adalah “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Banyak
kasus tentang belum adilnya kehidupan sosial di Indonesia, ketika kesenjangan
terjadi antara si kaya dan si miskin. Ini berkaitan pula dengan kemandirian
seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Juga berkaitan dengan lapangan
pekerjaan yang semakin lama semakin sempit. Ini begitu kompleks, padahal solusinya
juga terdapat di dalam Islam, yaitu zakat. Kita tahu bahwa zakat adalah wajib
bagi seorang muslim, bahkan senantiasa diingatkan begitu banyak dalam Alquran.
Zakat jika diterapkan dengan baik maka tidak akan ada lagi rakyat yang
kelaparan, terbukti pada zaman pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, ketika tidak
ada lagi yang bisa diberikan santunan zakat. Zakat sangat banyak ketentuan dan
jenisnya, maka Pendidikan Agama Islam sangat penting untuk mendidik dan
membantu terlaksananya zakat dalam prinsip seorang muslim di masa depan.
Jadi,
kita sudah yakin dengan mantap bahwa Pendidikan Agama Islam sebenarnya menjadi
solusi konkret jangka panjang untuk memperbaiki Indonesia, dan nilai-nilai
Indonesia dalam pancasila ikut andil dalam penyesuaian terhadap kondisi yang
ada pada Indonesia. Ini menjadi model yang sangat baik menurut saya. Benarlah
perkataan Rasulullah saw.:
“Aku telah tinggalkan
pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya,
(yaitu) Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya.” (HR. Malik)
Mengapa
kini Indonesia menghadapi berbagai masalah kompleks? Jawabannya adalah karena
bangsa Indonesia semakin jauh dengan agama Islam. Jangan salahkan Islam ketika
Indonesia terpuruk, tapi salahkan manusianya yang belum sadar terhadap agamanya.
Nah, lagi-lagi Pendidikan Agama Islam
menjadi sangat berperan dalam mendidik generasi pencerah peradaban. Semoga
Pendidikan Agama Islam di Indonesia di masa depan benar-benar menjadi solusi
bangkitnya peradaban Indonesia. Sehingga membuktikan janji Allah kepada bangsa
yang beriman dan bertakwa, bahwa Indonesia akan diberkahi oleh Allah dari
langit dan dari bumi. Aamiin ya Rabbal
‘Alamin. Wallahu a’lam.
DAFTAR PUSTAKA
RI,
Departemen Agama. 1976. Al-Qur’an dan
Terjemahannya. Jakarta: Bumi Restu
Malik
bin Anas. 2009. Al-Muwaththa’ Imam Malik.
Diterjemahkan oleh: Muhammad Iqbal Qadir. Jakarta: Pustaka Azzam
Republik
Indonesia. 1945. Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta: Sekretariat Negara
Jasiman.
2009. Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah.
Surakarta: Aulia Press
Masyhur,
Syaikh Mushthafa. 2000. Fiqh Dakwah. Diterjemahkan
oleh: Abu Ridho. Jakarta: Al-I’tishom
Al-Banna,
Hasan. 2012. Majmu’atu Rasa’il. Diterjemahkan
oleh: Anis Matta. Surakarta: Era Adicitra Intermedia
https://begawanariyanta.wordpress.com/2013/02/27/khazanah-peta-6-persebaran-umat-islam-di-indonesia/
http://www.ahmadheryawan.com/lintas-jabar/lintas-jawa-barat/23-pendidikan/4058-pendidikan-kunci-kemajuan-peradaban