Resume
Tokoh: Hasan Al Banna
Judul Buku : Hasan Al
Banna: Dai, Murabbi, dan Pemimpin yang Mengabadi
Oleh : Zabir
Rizq
Penerbit :
Harakatuna Publishing
Tempat Terbit : Jalan Babakan
Sari I No. 71 Kiaracondong, Bandung 40283
Waktu Terbit : 2007
Jml Halaman : xliv + 164 hlm
Resume Oleh : Mujahid
Robbani Sholahudin
Buku ini merupakan
biografi seorang tokoh besar yang unik karena berdasarkan perspektif
tokoh-tokoh besar lainnya. Biografi Imam Syahid Hasan Al Banna berdasarkan
pandangan Umar Tilmisani, Hasan Al Hudhaibi, Sayd Quthb, Dr. Musthafa As
Siba’i, Muhammad Al Ghazali, Abdurrahman Al Banna, dll yang berjumlah 33 orang.
Bicara tokoh besar
ini tidak akan lepas dengan organisasi yang bernama Ikhwanul Muslimin. Seperti
Hasan Al Hudhaibi yang lebih dahulu mengenal Ikhwanul Muslimin sebelum akhirnya
mengenal Hasan Al Banna. Hasan Al Hudhaibi awalnya membaca sebuah brosur
Ikhwanul Muslimin (IM), namun pandangan pertamanya terhadap IM biasa saja dan
menganggap IM hanya organisasi yang membidani program tahfizh quran, bantuan
rakyat miskin, motivasi ibadah, dll yang baginya tidak menarik. Sampai akhirnya
Hasan Al Hudhaibi bertemu dengan sekelompok pemuda desa yang perbincangannya
sangat intelek, dengan bahasa yang tinggi dan bahasan yang mendunia, yang ternyata
sekelompok pemuda itu adalah anggota Ikhwanul Muslimin. Para pemuda itu
menjelaskan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah organisasi dakwah yang meliputi
pembinaan, perbaikan, akhlak, politik, ekonomi, dll. Mulai dari saat itu Hasan
Al Hudhaibi tertarik dan akhirnya melihat langsung Hasan Al Banna ketika
berceramah.
Hasan Al Hudhaibi
menjelaskan bahwa ungkapan Hasan Al Banna sesungguhnya keluar dari lubuk
hatinya dan merasuk ke dalam hati sanubari pendengarnya. Seperti itulah yang
dapat dicapai oleh seorang pembicara apabila ia menyampaikan ceramahnya dengan
niat yang ikhlas karena Allah semata. Kalimat yang disampaikan Hasan Al Banna
bagai air sungai yang mengalir tenang ke tempat yang tidak terlalu tinggi atau
terlalu rendah, atau bagai alunan musik yang terdengar merdu tanpa nada
sumbang. Ketika ia berbicara kepada pendengarnya, jiwa mereka bergelora, hati
mereka dilimpahi keimanan, dan akal mereka memperoleh informasi dan pengetahuan
yang beragam.
Hasan Al Hudhaibi mendapatinya
sebagai pribadi yang sangat rendah hati, menampakkan etika dan tatakrama tanpa
beban sedikit pun. Ilmunya dalam dan melimpah, dikaruniai kecerdasan yang
langka, akal yang luas, memahami beragam masalah besar dan kecil dengan baik,
dan memiliki cita-cita yang tinggi. Semua itu disertai dengan semangayt
beragama yang rasional tanpa fanatisme dan kesemrawutan.
Selama Hasan Al
Hudhaibi bersama dengannya, tidak pernah sekalipun terdengar dari mulutnya
sepatah kata yang mengandung hinaan terhadap kehormatan atau
ideologi orang lain. Bahkan, juga tidak kepada mereka yang melukai dan
menyakitinya dalam perjanjian atau agama. Ia berusaha berkomitmen menjaga hal
itu hingga pada batas yang digariskan oleh Allah.