Jumat, 17 April 2015 pukul 13.00-17.30 telah berlangsung agenda
besar pengkaderan tingkat universitas, yaitu PKMU 1 yang bertempat di Aula 1
Psikologi, Kampus D UNJ. Acara ini merupakan rangkaian pertama dari PKMU
setelah sebelumnya dilakukan Pra PKMU pada hari Kamis, 9 April 2015.
Acara dibuka pukul 13.30 oleh MC yang bernama Septian (FE’12)
dengan ucapan ta’awudz dan basmalah. MC sedikit mencairkan suasana dengan
memberikan obrolan santai tentang UNJ yang memiliki kampus A, B, D, dan E.
Diadakannya acara PKMU 1 di Kampus D untuk memperkenalkan bahwa ternyata ada
satu program studi yang jarang sekali dikunjungi, yaitu Psikologi.
MC juga memberitahukan bahwa di PKMU ini tidak ada Tim Keamanan dan
Kedisiplinan, namun PKMU menggunakan sistem poin yang akan dikurangi jika
peserta melakukan pelanggaran atau kesalahan.
Setelah itu dilanjutkan dengan tilawah yang dibacakan oleh Bambang
(FE’12). Beliau membacakan QS Al-Ahzab: 72-73 yang artinya “Sesungguhnya Kami
telah menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi semuanya
enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya,
lalu dipikullah amanah itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zhalim dan
sangat bodoh. Sehingga Allah akan mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan
perempuan, dan Allah akan menerima taubat orang-orang mu’min laki-laki dan
perempuan. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Setelah itu peserta diajak untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya
dan Totalitas Perjuangan yang dipimpin oleh Linda (FIP’12). Peserta sangat
bersemangat dalam menyanyikannya, diakhiri dengan pekikan “Hidup Mahasiswa”.
Lalu ada sambutan dari Ketua Pelaksana PKMUNJ 2015 yaitu Aji
Sandoyo Mukti (FE’12). Beliau mengucapkan selamat kepada para peserta dan
mengajak untuk mulai mengubah pola pikir. Di PKMU kita bukan lagi membentuk
mental, akan tetapi kita menggunakan mental kita yang telah terbentuk ketika
PKMJ dan PKMF. Tetap semangat, peserta adalah orang-orang yang terpilih, iron
stock atau harapan bangsa. Ketika di kampus teruslah berkembang, sehingga
ketika kita lulus kita bisa menggunakan kemampuan kita untuk memberi manfaat.
Lalu masuk ke Materi pertama yang dimoderatori oleh Randi Ramdhani
(FE’12) dan diisi oleh pembicara yaitu Defrizal Siregar (Ketua BEM UNJ 2003).
Materi ini bertemakan tentang Manajemen Isu. Dengan gaya atlet olahraganya,
beliau memberi komando dengan pluitnya untuk para peserta segera berpencar ke
kelompoknya masing-masing. Para peserta diminta untuk mendiskusikan definisi
dari Manajemen Isu. Hasilnya adalah. Manajemen memilki kata kunci yaitu pengolahan,
tata cara, dan memilih. Sedangkan Isu memiliki kata kunci yaitu kejadian,
berkembang, opini publik, bermanfaat, solusi.
Kita jangan hanya memperjuangkan hak pribadi saja tapi juga masalah
orang lain. Dalam memanage isu, jangan sampai salah paham hingga menyebabkan
pada isu itu banyaknya negative thinking. Jangan reaktif, identifikasi dahulu
baru kita aksi. Isunya akan direduksi atau dijadikan potensi dan peluang.
Saat ini sedang terjadi pemutarbalikan opini publik. Ada beberapa
langkah dalam me-manage isu:
1. Identifikasi
2. Buat Action Plan
3. Mau diapakan isu ini?
4. Siapa yang menggerkkan isu ini?
Jangan sendirian dalam mengolah isu, kerjasamalah dengan media.
Lalu ketika media sekarang telah terbayar dan berpaham kapitalis bagaimana?
Sekarang yang paling efektif adalah media sosial untuk mencreate isu. Dari yang
sederhana menjadi luar biasa. Isu bisa direduksi dengan cara membesarkan isu
baru.
Lalu bagaimana caranya mengetahui isu yang benar dari media sosial?
Ambil berbagai isu dari berbagai sumber, lalu compare isu-isu tersebut. Kita
tarik benang merahnya. Akan terlihat latarbelakang suatu isu.
Bagaimana jika kelompok kita terkena terpaan isu konspirasi? Apa
yang kita lakukan akan terlihat serba salah, membela diri dianggap salah,
berdiam diri juga dianggap salah. Buat kontra intelegen, buat penangkalnya
sebelum isu itu besar. Analisis isu itu, jika kita sudah tahu siapa dalangnya,
langsung eksekusi. Buat tim offensive dan defensive. Buktikan saja dengan perbuatan, jangan lewat media lagi.
Begitulah materi yang disampaikan oleh bang Devrizal yang begitu membangkitkan
semangat dan membuat peserta semakin paham tentang manajemen isu.
Selanjutnya peserta diperbolehkan beristirahat dan shalat ashar dan
diminta kembali lagi pukul 16.00. Setelah itu acara dimulai kembali dengan
materi yang dimoderatori oleh Kharis Arighi (FE’12). Materi ini bertemakan
tentang Rekayasa Sosial yang diisi oleh pembicara bernama Adam Irham.
Bang Adam mengatakan bahwa UNJ merupakan kiblat pergerakan di
Jakarta. Seluruh kampus di Jakarta akan melihat UNJ sebelum bergerak. Lalu
peserta bertepuk tangan bangga akan hal itu.
Bang Adam menjelaskan makna Rekayasa Sosial. Secara sederhana, Rekayasa
adalah tidak asli atau menipu secara halus. Sedangkan sosial seperti yang telah
kita ketahui.
Terkadang kita berperan sebagai pelaku rekayasa sosial, dan
terkadang kita sebagai korbannya. Rekayasa Sosial dirancang oleh negara agar
masyarakat mengikuti aturan negara. Jika kita mengikuti alurnya, maka kita
termasuk korban rekayasa. Dan kita hanya bisa menghindarinya jika kita
menyadari sedang menjadi korban rekayasa.
Beliau mengambil contoh peristiwa Perang AS melawan Vietnam. Dalam
perang itu sesungguhnya Vietnam yang benar, namun segera AS melakukan rekayasa
kepada publik bahwa AS yang memberikan kebebasan kepada Vietnam sehingga
seakan-akan AS yang memenangkan pertempuran.
Lalu beliau banyak memberikan contoh lain, yaitu Konflik NAZI
melawan Yahudi, Soekarno di zaman Orde Baru, Rekayasa Lalu Lintas, dan Rekayasa
Cuaca.
Ketika kita tidak tahu apa yang terjadi sesungguhnya, maka kita
tidak akan pernah tahu kita menjadi korban. Kita terkadang terlalu cepat
menilai sesuatu, padahal belum selesai.
Beliau menjelaskan pula Sarana dan Fasilitas Rekayasa, yaitu secara
Perorangan yaitu Tokoh atau Figur, lalu secara kelompok atau komunitas, dan
media elektronik dan cetak. Contoh rekayasa adalah Kemenangan Jokowi sebagai
Presiden RI ke-7. Beliau walaupun secara status sebagai presiden namun
sebenarnya presidennya adalah orang dibelakangnya yang mengatur semuanya,
sehingga antara janji Jokowi dengan realitas banyak yang bertolak belakang.
Lalu bagaimana sikap kita terhadap presiden yang sekarang, kita
tahu bahwa Jokowi besar karena media (rekayasa), dan sekarang Jokowi jatuh
karen media pula. Apakah kita harus mendukung terus atau kita jatuhkan saja?
Jangan sia-siakan gelar kita sebagai Mahasiswa tahun ini adalah tahun momentum
bangkitnya pergerakan mahasiswa. Tidak ada alasan lagi bagi mahasiswa untuk
mendukung Jokowi. Karena Jokowi sudah keterlaluan menipu rakyatnya. Ini adalah
kesempatan emas.
Orang bodoh akan terlihat pintar jika ia yakin. Dan orang pintar
akan terlihat bodoh jika ia ragu-ragu. Dampak dari Rekayasa Sosial adalah
krisis kepercayaan, tertutupnya antara yang asli atau palsu, dll. Begitulah bang
Adam membangkitkan semangat mahasiswa untuk bergerak dan memahami apa itu
Rekayasa Sosial dan bagaimana kita menyikapinya.
Lalu Panitia Acara menyosialisasikan jargon PKMU 2015 yaitu Berkontribusi,
Menginspirasi untuk Negeri. Panitia juga menjelaskan bahwa tidak semuanya
peserta yang ada disini lolos PKMU, karena kelulusan berdasarkan poin penilaian,
minimal untuk lulus peserta harus memiliki 70 poin. Lalu Panitia membacakan
nama-nama panitia PKMU 2015 dan menyosialisasikan nama-nama anggota kelompok yang
terbaru dan penugasan.
Lalu MC menutup kegiatan PKMU 1 2015 dengan mengucap hamdalah,
istighfar dan doa penutup majelis. Terakhir ada Doa yang dipimpin oleh Hadid
(FBS’12). Dengan begitu acara PKMU 1 2015 telah resmi selesai.